seputarmerauke.com

Aktual Independen

Kemenhub dan TD Aerosport Bahas Penerbangan dan Pelaksanaan Pertandingan di Mimika

Kemenhub dan TD Aerosport Bahas Penerbangan dan Pelaksanaan Pertandingan di Mimika
Kemenhub dan TD Aerosport Bahas Penerbangan dan Pelaksanaan Pertandingan di Mimika

TIMIKA | Saat ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Perhubungan Udara, Technical Delegate (TD) Aerosport, serta AirNav tengah melakukan pembahasan penerbangan dan pelaksanaan cabang olahraga (cabor) aerosport di Mimika.

Pembahasan ini dilakukan, karena mengingat tiga cabang pertandingan aerosport, seperti aeromodelling, terjun payung, dan terbang layang berada pada Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob menjelaskan, beberapa hari lalu ada kunjungan dan peninjauan dari Kemenhub, secara khusus Direktorat Perhub Udara dan tim untuk melihat secara langsung kesiapan bandar udara (bandara) dalam rangka menyambut PON, baik di Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Mimika sendiri.

“Di tempat lain, bandara itu hanya dipakai untuk datang dan pulang. Namun, khususnya di Mimika, bandara juga dipakai untuk perlombaan PON XX. Ini karena ada tiga muatan lomba di Mimika yang menggunakan ruang udara,” kata Jhon Rettob sapaan akrabnya di Jalan Budi Utomo, Senin (30/8/2021).

Wabup mencontohkan, seperti terbang layang. Setelah dilihat dan dihitung secara teknis, panjang lapangan terbang untuk terbang layang dibangun lebih dari 800 meter dengan lebar 50 meter. Lahan itu digunakan untuk menarik pesawat dan akan mendarat ditempat itu juga.

“Kalau lahan itu siap maka itu akan digunakan. Tapi kalau belum siap, maka akan menggunakan runway,” katanya.

Sementara, untuk terjun payung akan menggunakan runway untuk mengangkut atlet dan pendaratannya di Lapangan Pusat Pemerintahan (Puspem) Mimika.

“Sedangkan aeromodeling tidak di bandara. Tapi, masih menggunakan ruang udara, dan kebetulan kawasan yang dipakai masuk dalam KKOP. Karenanya, harus dihitung baik,” terangnya.

Sementara untuk zona aman dan nyaman, seharusya antara bandara dan venue berada di atas 10 kilometer. Kondisi yang ada adalah jarak antara runway dengan Puspem Mimika, berjarak kurang lebih 5 kilometer lebih. Sementara jarak aeromodelling (di Jalan Poros SP5) masih dibawah 10 kilometer.

Lanjutnya, sedangkan apabila dilihat dari ketinggian penerbangan. Untuk penerbangan pesawat garuda berada pada ketinggian 2000 feet (kaki). Sementara terjun payung ketinggian pesawat yang mengangkut para atlet, yakni 9000 feet.

“Kalau menyangkut tinggi penerbangan tidak ada masalah, karena ada perbedaan. Tapi, yang jadi pertimbangan setelah atlet terjun payung itu turun, kita tidak tahu angin itu arahnya kemana. Sehingga ini juga harus jadi perhatian,” ujarnya.

Karenanya, dalam pembicaraan waktu itu bagaimana penerbangan umum (komersil dan perintis) tetap jalan secara simultan (bersamaan) dengan pelaksanaan PON (pertandingan aerosport).

“Solusi yang gampang tutup bandara selama PON. Namun resikonya, kita semua dan penerbangan akan merubah jadwal,” ujar Jhon.

“Kalau dari Jayapura ke Timika begitu sebaliknya tidak ada masalah. Tetapi kalau ‘conecting’, maka ini menjadi persoalan dan harus dipikirkan,” katanya.

Karenanya, kata Wabup, perlu dibuat standar operasional prosedur (SOP) dan mandatori untuk membicarakan secara baik, dan diputuskan secara bersama dalam rangka pelaksanan PON.

“Hal ini sudah didengar oleh Dirjen dan akan dibahas kembali dengan technical delegate, Airnav, dan lainnya untuk memutuskan berdasarkan kajian dari Timika, agar menjadi SOP. Termasuk di dalamnya membahas cuaca yang ada. Sehingga bisa dibuatkan jadwal pasti,” ujar Wabup.

“Diharapkan 1-2 minggu masalah ini sudah selesai, agar bisa diatur dengan baik. Sehingga penerbangan umum dan pelaksanaan PON juga berjalan,” ungkapnya.

Tinggalkan Balasan